Diagram kekaisaran Sambo menggema di DPR

Dalam Rapat antara DPR dan Menko Polhukam Mahfud MD dan Kapolri, pekan lalu, diagram ini sempat ditanyakan sejumlah pihak. Di antaranya anggota Komisi III DPR, Arteria Dahlan.

"Masalah judi, sudah jelas yang di situ, pak. Kalau saya, tadi Pak Kapolri mengatakan kalau, kalau, kalau, kalau. Copot saja yang sudah ada, Pak, kan sudah tahu semua," ujar Arteria dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi III DPR dengan Kapolri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Rabu (24/8/2022).

Arteria bahkan meminta Kabaintelkam Komjen Ahmad Dofiri untuk segera memberikan informasi kepada Listyo terkait nama-nama oknum polisi yang bermain di bisnis judi.

Arteria juga meyakini, Irwasum Komjen Agung Budi Maryoto mengetahui nama-nama oknum polisi yang bermain di bisnis judi.

"Mana teman-teman intel, Pak Dofiri. Kan sudah tahu yang main judi siapa, Pak Agung juga paham. Kami juga mohon nanti, jangan kalau lagi nanti, sikat langsung copot," ujar Arteria.

Sementara itu, Mahfud MD menjawab pertanyaan anggota DPR diagram konsorsium 303, yang memuat "Kerajaan Sambo".

"Soal gambar-gambar itu saya sudah dapat tetapi itu bukan dari saya. Saya tidak tahu sama sekali. Yang saya baca di media itu Pak Teguh yang mengatakan itu, tapi saya katakan Kerajaan Sambo itu bukan dalam konteks gambar pembagian uang judi itu. Saya malah nggak tahu yang begitu," kata Mahfud.

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (kiri bawah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Rapat tersebut membahas terkait kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua di rumah dinas mantan Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

Sementara Kapolri berjanji untuk mendalami soal diagram ini.

"Terkait dengan beberapa pertanyaan khususnya terkait dengan masalah yang tadi memunculkan bahwa apakah betul kaisar Sambo dan gengnya, terkait masalah konsorsium dan yang lain, jadi saat ini kami sedang melakukan pendalaman," kata Sigit saat RDP.

Ratusan triliunan rupiah

Ada data luar biasa yang saya dapatkan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Perputaran uang selama setahun dari judi online saja, mencapai ratusan triliun rupiah!

"Angka perputaran uangnya, ratusan triliun, setiap tahun fluktuatif tapi cenderung dengan jumlah yang tidak jauh berbeda," ungkap Natsir Pongah, Koordinator Humas PPATK kepada saya, yang tayang di program AIMAN KompasTV, Senin pukul 20.30 WIB.

Lalu apa yang bisa dikatakan soal ini? Artinya ada uang luar biasa besar di luar sana, yang beredar dari judi online saja, belum termasuk judi konvensional yang pasti angkanya angkanya jauh lebih sedikit.

Saya mendapati fakta para pemasang judi online bermain dengan uang kecil, Rp 10.000,  Rp 15.000, hingga Rp 20.000. Namun total transaksi mereka sangat banyak.

Bayangkan betapa banyak "pemainnya" dan betapa sering mereka bermain dalam satu tahun.

Uangnya mungkin tidak berada selalu di Indonesia. Tapi pengepulnya, pasti berada di Indonesia. Karena tidak mudah untuk melarikan uang dari Indonesia ke luar negeri. Meski server mereka hampir pasti, mayoritas berada di luar negeri.

Jika saja perputaran uang besar ini nyata, maka relevan pendalaman dilakukan dengan saksama.

Apresiasi terhadap pihak Kepolisian yang sampai saat ini berhasil membuka kasus rekayasa dari pembunuhan Brigadir Yosua. Puluhan personel dimutasi, disidang etik, hingga dipidana.

Meski belum cukup sampai di sini. Masih ada misteri-misteri yang harus diungkap hingga selesai tanpa sisa. Karena jika tak dituntaskan, keadilan akan terus menuntutnya.

Saya Aiman Witjaksono. Salam!

DUA hal yang barangkali bagi sebagian orang masih asing. Keduanya merupakan bahasa yang digunakan pada diagram yang dikatakan konsorsium pelindung judi.

Sejumlah nama pejabat Polisi masuk di dalamnya. Soal kebenarannya? Sedang didalami oleh Mabes Polri, demikian diungkapkan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, pada Rabu lalu.

Terkait diagram ini, saya berbincang dengan Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso, Jumat (26/8/2022) lalu.

Sugeng mengatakan bahwa diagram ini bukanlah Hoax. Alasannya, model diagram sama dengan sejumlah kasus yang tengah ditangani Polisi.

"Jadi (diagram) ini dari internal kepolisian?" tanya saya kepada Sugeng.

"Sangat mungkin," jawab Sugeng.

Tapi soal kebenarannya masih dipertanyakan. Apakah benar seluruhnya atau benar sebagian saja, atau bahkan sama sekali tidak benar. Sesuai janji Kapolri masih terus didalami.